Bacaan Hari Ini
Kesedihan datang kepada kita dalam berbagai bentuk. Anda bisa kehilangan pekerjaan, rumah, atau kesehatan. Tapi tidak ada yang lebih menyakitkan daripada ketika Anda kehilangan seseorang yang sangat Anda cintai. Gelombang kesedihan akan datang kepada Anda seperti lautan yang melemparkan ombaknya ke pantai. Apa pun yang Anda lakukan, jangan tenggelam. Jangan berhenti dan membiarkan diri Anda terseret arus. Biarkan diri Anda merasakan kesedihan tanpa mengikatnya di leher Anda. Biarkan bobotnya membantu Anda mengatasi pikiran, ketakutan, dan, jika perlu, air mata Anda. Berduka melegakan jiwa, seperti menghembuskan karbondioksida yang melegakan tubuh Anda. Tetapi ada saatnya Anda harus bangkit dan melanjutkan hidup Anda. Tahapan duka yang Anda lalui adalah; terkejut, kemudian penyangkalan, lalu tawar-menawar, kemudian kesedihan, dan akhirnya penerimaan. Kata Daud, ‘Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku’ (MazmurĀ 23:4). Saat Anda melewati lembah kekelaman, Anda akan dapat melihat ke belakang dengan lebih banyak rasa syukur dan lebih sedikit kesedihan. Daripada berfokus pada apa yang telah hilang, Anda akan bersyukur atas apa yang tersisa. Jangan takut untuk tertawa pada saat patah hati. Tertawa menyembuhkan jiwa dan meredakan ketegangan saat itu; tawa mengharuskan kita untuk keluar dari rasa sakit dan menyesuaikan fokus kita. Tawa itu adalah balsem penyembuhan. ‘Hati yang gembira adalah obat yang manjur’ (AmsalĀ 17:22).