Bacaan Hari Ini
Pernahkah memperhatikan ketika Anda berkencan dengan seseorang, Anda dapat berbicara dengan mudah selama berjam-jam, tetapi jika Anda telah menikah beberapa saat, kecuali Anda mengusahakannya, percakapan dapat menjadi dangkal dan bahkan menyebabkan perselisihan? Alkitab berkata, ‘hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata.’ (YakobusĀ 1:19) Ada seni untuk berkomunikasi.
(1) Carilah kesempatan untuk saling memuji. Anda mungkin berpikir pasangan Anda hebat, tapi mereka perlu sering mendengar Anda mengatakannya. Dibutuhkan 12 pujian untuk menetralisir efek dari satu kritik, jadi ketika hidup mengalahkan pasangan Anda, bangunlah.
(2) Jangan mencoba mengubahnya dengan mengomel. Pertanyaan seperti, 'Kenapa kamu tidak bisa?' atau 'Kenapa kamu selalu?' bisa terdengar lebih seperti mengasuh anak daripada bermitra. Beritahu pasangan Anda sekali—bukan seribu kali—apa yang mengganggu Anda. Sebelum Anda berbicara, tanyakan pada diri sendiri, ’Apakah saya akan mengatakan ini kepada teman yang berharga?’ Jika tidak, jangan katakan!
(3) Pernikahan hanya bisa bertahan dengan ‘keterbukaan jiwa.’ Ada sebuah aturan, lebih pendek lebih baik. 'Sayang, bisakah kita bicara sebentar?' seringkali diganti dengan ucapan 'Kita perlu bicara'. Pasangan Anda hanya bisa bertahan jika Anda 'membuka jiwa'; menekan pasangan Anda hanya mendapatkan hasil yang salah. Jika pasangan Anda tidak menanggapi suatu masalah, diskusikan dengan teman atau konselor tepercaya. Kemudian berikan pasangan Anda solusi dengan ‘jiwa terbuka’.
(4) Biarkan pasangan Anda memimpin. Ketika pasangan Anda membicarakan hal-hal yang tidak terlalu Anda minati, ingatlah Kitab Suci, 'rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain.' (EfesusĀ 5:21) Terkadang itu berarti bertanya, 'Apa yang ingin kamu bicarakan?' Jika Anda menginginkan pernikahan yang baik, gunakan empat prinsip itu setiap hari.