Bacaan Hari Ini
Dalam hal membuat komitmen dan menjaganya, Salomo tidak menahan diri: āJanganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit. Karena sebagaimana mimpi disebabkan oleh banyak kesibukan, demikian pula percakapan bodoh disebabkan oleh banyak perkataan. Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu. Lebih baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar tetapi tidak menepatinya. Janganlah mulutmu membawa engkau ke dalam dosa, dan janganlah berkata di hadapan utusan Allah bahwa engkau khilaf. Apakah perlu Allah menjadi murka atas ucapan-ucapanmu dan merusakkan pekerjaan tanganmu?ā (PengkhotbahĀ 5:2ā6)
Artinya jangan impulsif, dengarkan sebanyak anda bicara, dapatkan informasi sebanyak-banyaknya, lalu konsultasikan dengan Tuhan dalam doa sebelum membuat komitmen. Orang sering mengatakan apa yang orang lain ingin mendengar, tetapi itu bisa membuat mereka mendapat banyak masalah. Jangan menjanjikan sesuatu yang tidak bisa Anda berikan. Dan jangan membuat alasan. Pengaruh Anda tidak akan hilang seperti halnya mencoba menyalahkan dengan alasan yang lemah. Ketika Anda membuat komitmen berdasarkan emosi, Anda hanya akan menindaklanjuti jika Anda merasakan hal tertentu. Komitmen sejati tidak bekerja seperti itu. Ini bukan perasaan; itu adalah kualitas karakter.
Emosi manusia terus berfluktuasi, tetapi komitmen harus kokoh. Dedikasi sejati bersinar di saat-saat sulit. Itu tidak tergantung pada hadiah atau kemampuan, tetapi pada integritas. Ini adalah hasil dari pilihan, bukan kondisi. Dan itu hanaya bertahan jika didasarkan pada nilai. Intinya: āJanganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah.ā (PengkhotbahĀ 5:2) Jadi lihatlah sebelum Anda melompat, dan pikirkan sebelum Anda berkomitmen.